
Gangguan pendengaran pada usia muda semakin menjadi perhatian dalam beberapa tahun terakhir. Penyakit ini tidak hanya menyerang lansia, namun juga kelompok usia muda yang aktif beraktivitas. Menurut https://www.projectdeafindia.org, banyak faktor yang berperan dalam kerusakan pendengaran pada usia muda, mulai dari paparan suara bising hingga kebiasaan buruk yang tidak disadari. Penting untuk memahami penyebab umum gangguan pendengaran agar dapat mencegahnya dan melakukan tindakan preventif.
Paparan Suara Bising
Paparan suara bising merupakan salah satu penyebab utama gangguan pendengaran pada usia muda. Aktivitas sehari-hari yang terpapar suara keras, seperti mendengarkan musik dengan volume tinggi menggunakan earphone atau terpapar kebisingan di tempat kerja atau lingkungan sekitar, dapat merusak sel-sel rambut di telinga bagian dalam. Sel-sel rambut ini berfungsi untuk mengirimkan sinyal suara ke otak, dan jika rusak, kemampuan pendengaran akan menurun.
Kebiasaan mendengarkan musik dengan volume yang tinggi, terutama dalam jangka waktu yang lama, menjadi semakin umum di kalangan remaja dan dewasa muda. Penggunaan earphone atau headphone dalam volume yang tidak terkendali, khususnya pada saat berada di tempat umum yang bising, semakin meningkatkan risiko kerusakan permanen pada pendengaran. Kondisi ini disebut dengan noise-induced hearing loss (NIHL) atau gangguan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan.
Infeksi Telinga dan Penyakit Tertentu
Infeksi pada telinga dapat menjadi penyebab gangguan pendengaran yang umum di kalangan anak muda. Infeksi telinga tengah, yang sering terjadi pada anak-anak, dapat menyebabkan peradangan pada bagian dalam telinga yang menghubungkan telinga dengan tenggorokan. Jika infeksi ini tidak segera diobati, bisa menyebabkan gangguan pendengaran sementara atau bahkan permanen.
Selain infeksi telinga, beberapa penyakit juga dapat memengaruhi pendengaran, seperti meningitis atau penyakit kelamin tertentu. Meningitis, yang merupakan peradangan pada selaput otak dan sumsum tulang belakang, dapat memengaruhi saraf pendengaran, sehingga menyebabkan gangguan pendengaran. Penyakit kelamin seperti gonore atau sifilis juga dapat mengakibatkan kerusakan pada sistem pendengaran jika tidak segera diobati.
Penggunaan Obat-Obatan Tertentu
Penggunaan obat-obatan tertentu, khususnya obat yang bersifat ototoksik, juga dapat menjadi penyebab gangguan pendengaran. Beberapa obat yang digunakan untuk mengobati penyakit berat, seperti antibiotik jenis aminoglikosida dan kemoterapi, diketahui dapat merusak telinga bagian dalam. Efek samping ini sering kali tidak terlihat dalam jangka pendek, namun bisa berpengaruh pada pendengaran dalam jangka panjang.
Obat penghilang rasa sakit atau obat antiinflamasi non-steroid (NSAID) yang sering dikonsumsi tanpa resep dokter juga bisa berdampak pada fungsi pendengaran. Oleh karena itu, penting bagi individu untuk mematuhi dosis dan petunjuk penggunaan obat yang diberikan oleh dokter serta menghindari penggunaan obat secara sembarangan.
Faktor Genetik dan Riwayat Keluarga
Faktor genetik turut berperan dalam gangguan pendengaran pada usia muda. Beberapa individu terlahir dengan predisposisi genetik yang menyebabkan mereka lebih rentan terhadap gangguan pendengaran, meskipun tidak ada paparan suara keras atau faktor eksternal lainnya. Pendengaran yang terganggu sejak lahir atau pada usia dini sering kali disebabkan oleh kelainan genetik yang mengganggu perkembangan telinga atau saraf pendengaran.
Riwayat keluarga juga memiliki pengaruh yang besar dalam menentukan kemungkinan seseorang mengalami gangguan pendengaran. Jika ada anggota keluarga yang memiliki gangguan pendengaran, kemungkinan generasi berikutnya juga akan mengalami hal serupa. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui riwayat kesehatan keluarga, terutama terkait dengan masalah pendengaran.
Kebiasaan Merokok dan Konsumsi Alkohol
Kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol yang berlebihan juga dapat memengaruhi kesehatan pendengaran. Merokok dapat merusak pembuluh darah di telinga, sehingga mengurangi suplai darah dan oksigen ke bagian telinga dalam yang berfungsi untuk mendengar. Hal ini dapat menyebabkan gangguan pendengaran secara bertahap.
Alkohol, di sisi lain, dapat mengganggu keseimbangan tubuh dan memengaruhi kemampuan telinga dalam mendeteksi suara. Konsumsi alkohol dalam jumlah yang berlebihan dapat menyebabkan kerusakan pada saraf pendengaran, yang pada gilirannya akan mengurangi kemampuan mendengar dengan jelas.
Stres dan Faktor Psikologis
Stres yang berlebihan juga dapat menjadi pemicu gangguan pendengaran. Ketika seseorang mengalami stres atau kecemasan yang berkelanjutan, tubuh akan melepaskan hormon kortisol yang dapat memengaruhi keseimbangan tubuh. Stres yang berulang kali juga dapat menyebabkan gangguan pada saraf yang berfungsi untuk pendengaran.
Selain itu, faktor psikologis, seperti depresi atau gangguan kecemasan, juga dapat berhubungan dengan penurunan kemampuan pendengaran. Terkadang, gangguan pendengaran yang dirasakan pada usia muda bukan hanya disebabkan oleh faktor fisik, tetapi juga dapat dipicu oleh kondisi mental yang kurang sehat.
Kesimpulan
Gangguan pendengaran pada usia muda merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapatkan perhatian serius. Penyebab utama gangguan pendengaran mencakup paparan suara bising, infeksi telinga, penggunaan obat-obatan tertentu, faktor genetik, kebiasaan merokok dan mengonsumsi alkohol, serta stres dan faktor psikologis.
Dengan mengenali penyebab-penyebab tersebut, langkah pencegahan dapat diambil agar gangguan pendengaran dapat dicegah atau minimalisir. Masyarakat, terutama generasi muda, perlu lebih berhati-hati dalam menjaga kesehatan pendengaran dengan menghindari kebiasaan yang berisiko dan menjalani gaya hidup sehat.